Resume dari Workshop Bumdesa desa-desa lokasi program Wetlands International Indonesia Demak 13 dan 14 Maret 2018
Dua hari ini untuk yang ke sekian kali aku sampaikan materi tentang
penggalian potensi usaha desa dalam rangka pembentukan Bumdesa. Dan di sudah di
beberapa kesempatan membawakan materi penggalian potensi ini aku sampaikan
tidak dengan paparan apa ini apa itu penggalian potensi, tapi lebih banyak ke
bagaimana potensi usaha desa itu bisa ditemukan melalui metodologi yang
partisipatif. Lebih kepada mengenalkan metodologinya. Banyak sesi pelatihan
yang menyenangkan dan dinamis dengan pemilihan metodologi penyampaian materi
yang membuat terampil peserta. Bukan sekedar memberi pengetahuan semata. Karena
statement umunya dalam pemilihan metoda di sebuah pelatihan adalah “saya mendengar saya lupa, saya melihat saya
ingat, saya melakukan saya paham”, maka selama dua hari ini dalam Workshop
penggalian potensi dan evaluasi dan perencanaan usaha Bumdesa, aku putuskan
untuk sebanyak-banyaknya menggunakan metoda simulasi dan roleplay.
Memiliki Bumdesa yang memberi
kemanfaatan dan keuntungan kepada masyarakat dan pemerintah desa adalah suatu
keniscayaan dan impian semua desa. Sehingga keberadaan Bumdesa di desa nantinya
akan benar-benar memegang peranan membantu, melayani, memenuhi kebutuhan barang
atau jasa masyarakat desa. Dinamika yang demikian bisa terjadi bila keinginan mempunyai
lembaga Bumdesa dijalani melalui proses pelibatan masyarakat calon pemanfaat
usaha Bumdesa secara partisipatif dalam pemilihan unit usahanya.
Sementara itu di sisi lain, dorongan untuk mendirikan Bumdesa saat ini
muncul dari mana-mana yang merupakan respon atas asas kemandirian dan asas subsidiaritas (kewenangan lokal) yang
tercantum dalam undang-undang no. 6/2014 tentang desa di mana dengan
kemandirian yang kewenangan lokal desa, di dalamnya ada upaya desa dalam
mencari sumber pendapatan dari hasil wirausaha desa dengan mengelola sumber
daya dan potensi yang ada di desa. Dan entah dari mana dan siapa pencetusnya,
misi mendorong untuk mendirikan Bumdesa ini banyak yang berubah menjadi
mengharuskan untuk mendirikan Bumdesa. Dan hanya berhenti sampai di sini, tanpa
ada fasilitasi dan pembimbingan bagaimana penggalian potensi usaha bisa
dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat yang akan menjadi pelaku dan
pemanfaat jasa dan usaha Bumdesa itu.
Bila dilihat data sampai saat ini, sudah banyak Bumdesa didirikan namun
tidak ada kegiatan operasionalisasi unit usaha. Ada yang salah? Sehingga
Bumdesa vakum kegiatan usaha? Bahkan bisa-bisanya Bumdesa tidak dikenal masyarakatnya? yang merupakan
akibat dari proses pendirian yang tidak partisipatif. Akibatnya keberadaan unit
usaha tidak terdukungnya oleh hukum permintaan dan penawaran barang dan jasa di
desa.
Atas situasi dan kondisi paradoks seperti ini tentunya harus ada
yang diperbaiki. Terutama pada proses
fasilitasi pendirian Bumdesa dengan mengedepankan penggalian usaha yang sesuai potensi
desa dan analisa usaha di proses berikutnya.
Namun demikian tidak bisa dipungkiri pula, untuk mewujudkan proses rembug desa yang partisipatif tersebut
tidaklah semudah men design nya.
Banyak latar belakang desa-desa sehingga tidak mampu berproses menggali potensi
partisipatif ini, dan ini kait mengakait antara satu sebab dengan sebab
lainnya. Yang mana hal ini harus disadari oleh semua pihak harus menjadi fundamen atas terjadinya praktek ber
wira usaha desa yang baik melalui Bumdesa. Bagaimana mungkin seseorang bisa
berwira usaha dengan baik bila selalu terjadi konflik di rumah tangganya?
Bagaimana mungkin seseorang bisa berwira usaha bila karakter kewira usahaan tidak dimilikinya. Bila
seseorang punya potensi, rumah tangganya bebas konflik dan jiwa
kewirausahaannya menyala-nyala, maka jalan berwira usahanya akan bisa
dilaluinya dengan penuh semangat. Ini adalah analoginya sederhana dengan desa.
Bila 3 (tiga) hal tersebut bisa terwujud, maka hal-hal yang lainnya seperti
ilmu manajemen, ilmu akuntansi, ilmu pemasaran, dan ilmu-ilmu berwira usaha
lainnya akan berdatangan dengan sendirinya seiring dengan semangat yang menyala
di tubuh orang-orang yang menjadi pelakunya.
Hal ini pula sering aku obrolkan dengan banyak orang, di forum formal
maupun informal, dengan kawan sesama pendamping masyarakat di rakor-rakor, dan
dengan salah satu kawan NGO yaitu Mas Eko Wetlands International Indonesia yang
di Demak yang menggarap issue pelestarian mangrove dan ketahanan masyarakat
pesisir. Dari sering ngobrol-ngobrol di warung angkringan dengan Mas Eko
Wetlands maka semakin di antara kami saling memahami kesamaan visi yaitu
meningkatkan ketahanan masyarakat, adalah masyarakat yang sama juga. Maka kenapa
tidak kita kolaborasikan energi menguatkan masyarakat ini khususnya penguatan
ekonomi desa dan masyarakat desa.
Singkat cerita, memahami kondisi paradoks bersama Mas Eko Wetlands ini
cukup menyemangati kami untuk bersama-sama menguatkan desa-desa binaan Wetlands
dalam proses pendirian Bumdesa maupun merevitalisasi pengelolaan Bumdesa yang
sudah berdiri.
Untuk itu dengan support dana sepenuhnya dari Wetlands tercapailah
kesepakatan untuk menggelar Workshop penggalian potensi usaha desa dan Evaluasi
dan Perencanaan Usaha Bumdesa bagi desa-desa binaan Wetlands.
Secara umum bagi desa-desa yang akan mendirikan Bumdesa tujuannya adalah;
Memberikan pembekalan pengetahuan dan keterampilan kepada Aparat Desa,
Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD)dan
Pendamping Lokal Desa (PLD), Pendamping Desa (PD), Kasi Permas agar mampu memfasilitasi
Pendirian Bumdesa secara partisipatif.
Sedangkan bagi desa-desa yang sudah berdiri Bumdesa;
Memberikan penguatan kepada pengelola Bumdesa
atau merevitalisasi pengetahuan tentang evaluasi dan perencanaan kerja
organisasi Bumdesa dan memberikan dukungan kepada pengelola Bumdesa agar mampu
secara mandiri mengorganisir kegiatan evaluasi tahun 2017 dan perencanaan tahun
2018.
Dan aku di sini punya agenda lain yang sama pentingnya...yaitu
memberikan IST In Service Training
materi penggalian potensi desa kepada para pendamping desa maupun
pendamping lokal desa dan memberikan contoh kemitraan dengan lembaga lain dalam
kegiatan penguatan kapasitas untuk bisa melakukan hal yang sama minimalnya,
bahkan harapanku mereka bisa memodifikasinya lebih baik lagi sehingga
pencapaian hasilnya akan lebih besar lagi. Semoga gadhang-gadhanganku ini ada hasilnya..setelah lama aku mencari
momentum seperti ini untuk bisa memfasilitasi mereka dengan lebih utuh, tanpa
diburu-buru dengan agenda yang lain. Hmh..lega rasanya..
Pada tahap awal perencanaan pelatihan atau
workshop ini, sengaja aku menyempatkan waktu untuk melakukan penkajian
kebutuhan pelatihan atau training need assesment ke lapangan yaitu ke
Timbulsloko dengan ngobrol sana sini dengan calon peserta juga ke Morodemak di
waktu sekitar tiga bulanan yang lalu. Dan sejujurnya aku masih merasa terlalu
sedikit waktuku untuk assesment ini. lebih karena waktu yang sempit maka aku
cukupkan hanya di dua tempat itu saja dan meyakinkan diri cukuplah
informasinya untuk diolah menjadi kerangka acuan dan kurikulum workshopnya.
Maka jadilah kurikulum workshop dengan kebanyakan menggunakan metoda simulasi
atau roleplay. Karena menurut simpulanku dari hasil assesment itu ternyata
ranah keterampilan yang paling dominan diperlukan dalam start up Bumdesa ini.
Di sini aku ingin mengajak siapapun yang membaca tulisan ini, untuk
lebih banyak memberi bekal keterampilan
kepada peserta pelatihan start up Bumdesa. Juga kepada peserta pelatihan
pengelolaan Bumdesa yang sudah berdiri.
Dan setelah pelatihan atau workshop ini selesai, maka tantangan bagiku
selanjutnya adalah melakukan monitor atas tindak lanjut dari semua desa dalam
berproses menggali potensi usaha sebagaimana keterampilan yang sudah
disimulasikan di kelas. Dan untuk para pendamping desa dan pendamping lokal
desa yang ikut menjadi peserta pelatihan ini, aku berharap besar mereka mampu
mendampingi dan memfasilitasi masyarakat dalam berproses tindak lanjut
penggalian potensi maupun perencanaan usaha Bumdesa di tahun 2018 ini. Dan juga
harapan kepada alam semesta pantura; semoga tidak terjadi bencana banjir di
desa-desa peserta pelatihan ini dan suasana alam, suasana politik desa, suasana
sosial kemasyarakatan adem ayem dan kondusif. Sehingga RKTL yang sudah
dicanangkan peserta bisa terlaksana dengan lancar.
Kata orang bijak; perencanaan yang baik adalah separuh dari keberhasilan, sedang perencanaan yang buruk...sama saja kita sedang merencanakan kegagalan.
Salam berdaya untuk desa-desa Demak Pantura yang akan
mendirikan dan merencanakan usaha Bumdesanya.Kata orang bijak; perencanaan yang baik adalah separuh dari keberhasilan, sedang perencanaan yang buruk...sama saja kita sedang merencanakan kegagalan.
0 Response to "MENGGALI POTENSI USAHA DESA-DESA DEMAK PANTURA BERSAMA WETLANDS INTERNATIONAL INDONESIA"
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar atau pesan!
- Dilarang meninggalkan link pada kolom komentar (kecuali diperlukan).
- Dimohon untuk tidak melakukan spam
- Berkomentarlah secara etis
- Mohon maaf apabila kami tidak sempat membalas komentar Anda
- Terimakasih atas komentar Anda yang relevan