Ada
yang belum pernah mendengar sederet kalimat di atas? Saya yakin kebanyakan dari
kita pernah mendengarnya. Dalam dunia fasilitasi, slogan tersebut sudah tidak
asing lagi. Dan para fasilitator atau siapapun yang dalam fungsi fasilitasi
banyak yang meyakini bahwa slogan tersebut harus dicamkan baik-baik kalau ingin
fasilitasinya efektif.
Namun demikian tidak sedikit pula yang mengabaikannya
meskipun sedang dalam posisi memfasilitasi masyarakat/komunitas/para hadirin
dalam sebuah forum yang mengasah pengetahuan dan keterampilan. Sehingga yang
dikerjakan oleh pembicara adalah pidato, ceramah, nasehat, ular-ular (bahasa
jawa) yang life time nya sangat
terbatas bagi daya ingat seseorang.
Saya mendengar saya lupa
Seharusnya semua
peserta pelatihan tidak perlu dilatih, dikuatkan lagi berulang-ulang kalau saja
kita langsung mampu mengingat hanya dengan mendengar. Begitu banyaknya segala
hal yang kita dengar dalam sebuah forum pelatihan. Sangat menyenangkan saat itu
seolah-olah kita sudah yakin bisa melakukannya sendiri hanya dari mendengar
ini. Namun ketika kita keluar ruangan dan waktu berganti semakin hari semakin
tidak ada yang tertinggal di ingatan kita. Tiba gilirannya implementasi maka so
pasti “not implemented well”.
Saya melihat saya ingat
Melihat saja
tanpa mendengar juga tidak banyak mendongkrak pengetahuan dan ketrampilan. Kita
sering melihat acara demo memasak, demo merakit rangkaian elektronik, demo
perbengkelan, dllnya. Saat melihat dan mendengar di forum itu sepertinya kita
akan bisa melakukannya. Namun ternyata ketika harus melakukannya sendiri,
sering kita tidak yakin karena tidak ada pengalaman sebelumnya, harus mulai
dari mana, situasinya berbeda dengan situasi forum pelatihan, dll. Akhirnya
nanti dulu ahh…
Saya melakukan saya paham
Melakukan dan
praktek akan mengunci pemahaman dan keyakinan yang didapat dari mendengar dan
melihat. Dari praktek ini akan menumbuhkan kepercayaan diri yang sangat
mendongkrak pemahaman dan keterampilan. Ada pepatah “practice make perfect”, berlatih atau praktek akan membuat
pemahaman dan keterampilan kita semakin sempurna.
Mungkin kalau
fasilitasi para pemangku kepentingan di Republik Indonesia ini benar-benar
mempedomani slogan di atas, bisa jadi masyarakat kita saat ini sudah lebih terasah
pengetahuan dan keterampilannya katimbang kondisi realitas saat ini. khususnya yang masih berpendidikan rendah yang berada di pelosok perdesaan.
Yang paling sering kita
temui di forum-forum yang seharusnya bisa mengasah pengetahuan dan ketrampilan
masyarakat adalah pidato, ceramah, nasehat dan semacamnya dan miskin alat bantu
fasilitasi sehingga formalitas dan admnistratif menjadi terdepan daripada
capaian substansinya.
Namun demikian untuk mencapai skill fasilitasi yang
demikian memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Perlu “ruang dan
waktu untuk membuat lebih meningkat kualitasnya”. Jam terbang perlu ditambah
berbarengan dengan komitmen dan integritas juga dedikasi untuk pemberdayaan masyarakat itu sendiri.
Untuk
itu, mari para pendamping masyarakat tingkat kecamatan, tingkat desa, aktualisasi
diri kita untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan juga sikap dan
komitmen masyarakat telah menunggu. Dari pendekatan manapun sebenarnya ini akan
menguntungkan semua pihak.
Dari
pendekatan religius, hal ini adalah ladang amal yang terbentang luas untuk
amal jariyah imu yang bermanfaat. Dari pendekatan pemberdayaan, memang seperti
inilah cara percepatan kesejahteraan masyarakat seharusnya dilakukan. Jadi mari
kita camkan dalam fasilitasi kepada masyarakat perdesaan dengan slogan
fasiliasi; saya mendengar saya lupa, saya melihat saya ingat, saya melakukan
saya paham.
lanjutkan pak...
ReplyDelete