Mendorong tumbuhnya usaha mikro perdesaan - Kali ini saya akan berbagi pengalaman monitoring pelaksanaan kegiatan pelatihan bagi usaha mikro.
Jumat 20 November
2015, beruntung sekali aku bisa bersama-sama para peserta yaitu ibu-ibu Rumah Tangga
Miskin (RTM) dari Desa Kluwut Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes yang menjadi
lokasi sasaran program.
Pelatihan ini bertempat di Desa Kubangsari Kecamatan
Kersana. Sekitar 20 km arah barat dari Desa Kluwut. Seru sekali..pemberangkatan
peserta diangkut 3 bis kecil. Banyak peserta yang membawa serta anak-anaknya
yang masih batita dan balita. Sangat terasa antusiasme ibu-ibu ini. Atmosfir
yang baik untuk capacity building.
Sebenarnya keberadaanku
di sini bukan sebagai peserta, bukan sebagai pendamping, apalagi sebagai
narasumber. Keberadaanku di sini untuk monitor kegiatan yang beberapa waktu
sebelumnya sudah aku dengar perencanaannya.
Aku saat itu menduga
kalau pelatihan ini bakal seru. Karena peminatnya yang sangat banyak mencapai
140 orang. Merupakan pelatihan yang dipilih oleh mayoritas pemanfaat program di
Kluwut ini. Yang mana fasilitasinya dibagi menjadi 7 gelombang. Di mana
masing-masing gelombang pesertanya 20 orang dan butuh waktu 2 hari. Dan kenapa
aku harus monitor pelatihan ini karena pelatihan ini judulnya pelatihan
pengolahan hasil ikan.
Bisa dibilang bahwa pengolahan hasil perikanan adalah
ikonnya masyarakat pantai. Begitu juga masyarakat Kluwut ini. sepertinya mereka
meyakini banyak yang bisa diperbuat dengan punya keterampilan pengolahan hasil
ikan.
Benar saja,
sebagaimana diulas oleh Pak Tohirin sebagai narasumber yang sekaligus pemilik
industry pengolahan ikan ini. Dikatakannya bahwa kita harus bisa membuat nilai
tambah dari ikan yang bisa kita dapat dengan mudah di rumah kita.
Kalau selama
ini kita sepertinya tidak punya pilihan untuk berpenghasilan dari potensi ikan
ini, kalau tidak sebagai pedagang ikan, ya sebagai buruh fillet di perusahaan
milik bos fillet. Kenapa kita tidak berfikir untuk mengolah ikan ini menjadi
makanan atau jajanan sehingga darinya ada nilai tambah yang hasilnya bisa jauh
lebih menghasilkan daripada dijual hanya dalam bentuk ikan saja.contohnya
diolah menjadi siomay, otak-otak, bakso ikan, dan sejenisnya.
Dijelaskan oleh Pak
Tohirin sebagai motivasi di awal pertemuan dengan memberi contoh kongkrit..Ikan
fillet sekilo harganya berapa? Paling banter 30 ribu..tapi kalau daging ikan
itu kita olah menjadi makanan dan jajanan maka penghasilan kita bisa lebih dari
30 ribu.
Disampaikan juga bahwa
kalau kita sudah memutuskan untuk berwira usaha, maka kita harus siap menjadi
orang “gila”. Entah apa yang dimaksudkan Pak Tohirin ini..yang jelas beliau ini
sedang membakar semangat ibu-ibu peserta ini yang sudah jauh-jauh datang ke
tempatnya untuk belajar.
Kemudian para peserta
diajak untuk bermain-main dengan macam-macam permainan “otak kanan”. Suasanya
menjadi tambah seru dengan tawa dan canda yang mulai muncul. Tanda bahwa
kebekuan sudah mulai cair dan peserta sudah siap untuk diajak membahas
materi-materi selanjutnya.
Dikatakan oleh Pak
Tohirin, kalau mau jadi pengusaha maka kita harus berfikirnya memakai otak
kanan, otak kanan otaknya pengusaha, otak kiri otaknya pekerja. Hah!! aku mulai
digelitiki oleh Pak Tohirin ini.
Dan setelah proses
menggelitik ini cukup maka dilakukan pembahasan tentang “ALUR PROSES PEMBUATAN
OLAHAN IKAN”. Dijelaskannya tentang “teori” yang benar-benar dipraktekkan di
usahanya. Dari melihat prosesnya saja sudah terbayang sebuah usaha yang sungguh-sungguh
gak main-main.
Yang sangat menarik bagiku adalah ketika dijelaskan tentang
tahapan pencampuran di mana ada titik kritis di mana ketika ini dilanggar maka
proses selanjutnya menjadi “rusak”. Proses ini adalah pencampuran. Di mana
daging ikan tidak boleh dicampur apa-apa dulu sebelum dicampur dengan “garam”
sebagai materi yang pertama kali. Sebab bila garam dibubuhkan tidak pertama
kali, yang terjadi adonan akan “pecah”. Dan tekstur adonan menjadi rusak.
Wuih!! Hebat sekali tahapan ini!!.
Setelah penyampaian
tentang alur proses di ruangan dianggap cukup maka peserta diajak untuk praktek
langsung. Sesi ini yang luar biasa seru!! Peserta diajak terlibat dalam proses
pembuatan; siomay, ekado, otak-otak, fish stick, kaki naga, bakso ikan.
Sebelum sesi praktek
dimulai, dijelaskan terlebih dahulu tentang SOP pekerja di rumah produksi
seperti harus dipakainya sepatu boot, dilarang menggunakan perhiasan, harus
memakai penutup mulut, dll. Di sini lagi-lagi yang aku terkesima dengan
kesungguhan menjaga kebersihan proses. Hebat sekali Pak Tohirin ini!!. belajar
dari mana dia ini?
Setelah penyampaian
tentang alur proses di ruangan dianggap cukup maka peserta diajak untuk praktek
langsung. Sesi ini yang luar biasa seru!! Peserta diajak terlibat dalam proses
pembuatan; siomay, ekado, otak-otak, fish stick, kaki naga, bakso ikan.
Memasuki
sesi ini, suasana langsung berubah! Sangat bersemangat. Ibu-ibu yang tadinya
mungkin menebak-nabak pemahaman di sesi penjelasan di ruangan, sekarang
langsung semangat untuk berpraktek. Memang seharusnya beginilah pelatihan yang
baik. Ada ranah penambahan pengetahuan, motivasi dan komitmen untuk membentuk
sikap dan karakter dan praktek untuk menambah keterampilannya.
Sebelum sesi praktek dimulai,
dijelaskan terlebih dahulu tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) pekerja
di rumah produksi seperti harus dipakainya sepatu boot, dilarang menggunakan
perhiasan, harus memakai penutup mulut, dll. Di sini lagi-lagi yang aku
terkesima dengan kesungguhan menjaga kebersihan proses.
Hebat sekali Pak
Tohirin ini!!. belajar dari mana dia ini? pantas saja banyak penghargaan yang
diperolehnya. Itu bisa terlihat di dinding depan rumah produksi ini di mana ada
pigura-pigura yang rapih tertempel yang isinya visi misi, sertifikat dan piagam
penghargaan, dan piala!!. Woow keren banget.
Tapi di atas semua itu aku punya
keyakinan kalau itu semua bukanlah tujuan dari seorang wira usahawan, bukan
tujuan Pak Tohirin dalam usaha ini. itu semua hanya menyertai kesungguhan yang
riil digelutinya hari demi hari, tantangan demi tantangan, bahkan ketabahannya
tidak menyerah pada kegagalan demi kegagalan!
Akhirnya sesi praktek
di hari pertama sudah selesai..hari ini telah dilaksanakan praktek membuat
siomay ikan, ekado yaitu makanan yang seperti siomay tapi dibungkus dengan
kembang tahu, membuat otak-otak. Pelatihan hari pertama dianggap cukup. Dan
akan dilanjutkan hari ke dua. Rencana dua hari efektif. Dan sebelum ditutup,
pak Tohirin membawa peserta ke ruangan pertemuan lagi untuk membuat
simpulan-simpulan, pembulatan-pembulatan, memberi kesempatan peserta untuk
bertanya, dan juga member pertanyaan-pertanyaan pengujian agar sebelum pulang
ibu-ibu dari Kluwut ini membungkus pemahamannya dari awal sampai sesi praktek.
Dan tepat jam dua siang acara ditutup dengan senyum lebar dari ibu-ibu. Mereka
tampak gembira karena berharap besar di hari ke dua akan akan ada praktek
membuat bakso ikan, fish stick, dan jenis makanan lain yang pasti lebih seru
prakteknya.
Ditulis oleh : Havik Martoyo, SE - Fasilitator Kabupaten Program Peningkatan Kesejahteraan Keluarga berbasis Pemberdayaan Masyarakat (PKKPM) Brebes
0 Response to "Mendorong Tumbuhnya Usaha Mikro Perdesaan"
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar atau pesan!
- Dilarang meninggalkan link pada kolom komentar (kecuali diperlukan).
- Dimohon untuk tidak melakukan spam
- Berkomentarlah secara etis
- Mohon maaf apabila kami tidak sempat membalas komentar Anda
- Terimakasih atas komentar Anda yang relevan